Pengertian Animisme dan Dinamisme pada Kepercayaan Kuno Manusia. Agama yang beraneka ragam telah diketahui menyebar di dunia dengan berbagai nama dan sistem kepercayaan. Jauh sebelum masuknya agama yang beraneka ragam seperti Hindu-Budha dan Islam di Indonesia, para penduduk sebagian besar menganut kepercayaan pada benda-benda yang dipercaya memiliki roh dan berkekuatan ghaib, ini disebut sebagai animisme dan dinamisme. Paham mengenai ketuhanan ini terus berkembang seiring dengan berkembangnya pula pikiran manusia dan kebutuhannya.
Animisme pada Kepercayaan Kuno Manusia
Pandangan manusia dalam kehidupan memang selalu memiliki korelasi dengan masa lalu. Seperti contohnya di pulau jawa, masyarakatnya sudah mengenal tuhan dari sebelum datangnya banyak agama yang berkembang seperti sekarang. Bukan hanya di jawa, semenjak dulu, kepercayaan kepada roh, makhluk halus dan hal-hal ghaib sudah umum pada masyarakat.
Dari asal katanya, animisme berasal dari bahasa Latin Animus, dan bahasa Yunani Avepos, yang keduanya sama-sama memiliki arti nafas atau jiwa. Dalam penyebutan modern, animisme juga adalah sebuah paham dimana alam ini atau semua benda di alam memiliki roh atau jiwa tersendiri.
Maka dapat dibilang bahwa animisme itu sendiri adalah sebuah kepercayaan kepada benda-benda yang dipercayai memiliki roh atau jiwa. Baik pada benda mati seperti batu, gunung dan benda hidup seperti tumbuhan dan hewan atau bahkan manusia itu sendiri. Semua hal itu harus dihormati agar jiwanya tidak mengganggu manusia, melainkan dapat membantu manusia. Kepercayaan ini juga menganggap bahwa roh leluhur juga menjadi hal yang memiliki tingkatan tinggi, dan dapat mempengaruhi nasib dan perbuatan manusia. Roh manusia yang telah meninggal dipercaya sebagai makhluk kuat dan dapat menentukan segala kehendak dan kemauan yang harus dipenuhi.
Adanya roh manusia, membuat anggapan bahwa adanya roh yang memiliki kekuasaan di atas mereka. Roh jenis ini dipercaya memiliki kekuatan yang lebih besar dari manusia. Agar terhindar dari gangguan roh tersebut, mereka memilih untuk menyembahnya dan menyelenggarakan upacara tertentu dengan berbagai sesaji. Upacara seperti ini, biasanya digunakan untuk mendapat perlindungan dari pengaruh roh jahat.
Pembagian Kelompok Animisme
Dalam kepercayaan ini, ada banyak ragam kepercayaan, dimana kepercayaan-kepercayaan tersebut dibuat menjadi empat kelompok.
- Kepercayaan kepada alam (nature worship). Ini merupakan kepercayaan yang menyembah pada api, matahari, bintang dan lainnya.
- Kepercayaan pada benda-benda (folish worship). Ini merupakan kepercayaan yang menganggap bahwa siapa saja yang memakai atau menggunakan benda tertentu akan terhindar dari rasa sial, malapetaka dan kemalangan. Ini juga dapat dilihat penerapannya pada penggunaan batu akik, jimat, air keramat, dan api untuk membakar mayat.
- Kepercayaan kepada binatang (animal worship). Ini merupakan kepercayaan yang mengharukan penyembahan terhadap binatang yang dianggap telah memberikan keselamatan dan manfaat bagi keberlangsungan kehidupan di dunia. Kita bisa melihat contohnya di Bali yang menjunjung sapi, dan lembu di Mesir, atau ular di India.
- Kepercayaan kepada roh nenek moyang (ancestor worship). Ini merupakan kepercayaan primitif masyarakat terdahulu yang mempercayai bahwa roh-roh para orang yang telah meninggal masih berada di dunia dan dapat dimintai pertolongan. Maka akan sering ditemui budaya dimana adanya peringatan bagi almarhum yang telah meinggal selama tiga atau tujuh hari, seratus hari dan seterusnya. Ada pula penambahan sesajen sebagai persembahan. Bahkan roh-roh orang yang telah meninggal ini dapat dipanggil untuk keperluan duniawi semacam permintaan restu dan sebagainya.
Ada pula cara yang digunakan untuk memanggil roh nenek moyang. Biasanya dilakukan dengan bantuan orang yang dipercaya ahli dalam bidang tersebut untuk memimpin upacara. Penambahan sesaji dan berbagai benda keramat juga disertakan pada acara pemanggilan roh nenek moyang. Pada beberapa suku di negara-negara tertentu juga ada persembahan tari-tarian yang memiliki makna dan tujuan macam-macam. Para roh ini masih dianggap tetap meninggali dan berada di sekitar kediaman mereka dahulu, maka tak jarang pula ada yang masih memberikan sesaji berupa makanan dan minuman hingga jangka waktu tertentu.
Selain pada roh yang dianggap keramat, para penganut animisme juga tidak jarang meyakini akan adanya dewa-dewa. Penerapan kegiatan yang mirip seperti upacara kepercayaan animisme sebenarnya masih sering kita temui hingga dimasa modern saat ini.
Dinamisme pada Kepercayaan Kuno Manusia
Kepercayaan dinamisme dianut oleh masyarakat yang meyakini bahwa apa yang didapatkan dan ada pada saat ini adalah hasil dari pergulatan dengan alam. Kekuatan alam memang yang paling di junjung pada era manusia sebelum mengenal agama.
Berbeda dengan animisme yang mempercayai roh-roh leluhur, kepercayaan dinamisme lebih condong terhadap benda-benda di alam yang memiliki kekuatan. Apapun yang didapatkan manusia di alam, itu berarti adalah milik dari alam. Manusia harus berterimakasih atas kekuatan dan kekuatan tersebut.
Dinamisme merupakan kata yang berasal dari yunani, yaitu dunamos yang dalam bahasa inggris dapat diartikan dynamic yang memiliki arti kekuatan, kekuasaan dan daya. Dalam sejarah, dinamisme adalah kepercayaan agama primitif pada zaman sebelum agama-agama datang. Dalam istilah lain, ada istilah preanimisme dimana bahwa setiap benda atau makhluk memiliki jiwa.
Maksud dari kekuatan tersebut adalah kekuatan yang mendiami atau berada di suatu benda, bisa dari air, api, batu-batuan, hewan, pepohonan atau manusia itu sendiri. Semua kekuatan ini mampu memberikan manfaat atau memberikan bahaya bagi kehidupan.
Ada beberapa suku juga yang mempercayai bahwa benda-benda tertentu yang mengandung hal ghaib ini bermanfaat bagi pemiliknya. Sebagian memakainya sebagai penangkal penyakit atau bahaya. Bentuknya bermacam-macam. Mulai dari pusaka seperti keris, benda tajam, cincin akik, senjata dan lain sebagainya. Benda-benda ini juga dianggap bisa memberikan kehormatan, keberuntungan dan kemuliaan pada pemilik maupun pemakainya.
Perawatan untuk menghormati benda-benda keramat ini bermacam-macam disetiap negara atau daerah diseluruh dunia. Ada yang memandikannya dengan ramuan khusus, menyimpannya di tempat istimewa diolesi sesuatu atau diberi sesaji disekitarnya. Dengan harapan bahwa kekuatan yang terkandung di dalamnya akan dapat bertambah, terpelihara atau terbarui.
Sebagai sebuah kepercayaan yang meyakini bahwa sebuah benda memiliki kekuatan gaib, dalam kepercayaan dinamisme dilakukan klasifikasi terhadap benda-benda yang memancarkan dan memiliki kekuatan gaib menjadi empat bagian utama:
- Benda keramat
- Binatang keramat
- Pohon Keramat
- Orang-orang yang dianggap sesepuh atau keramat
Di indonesia sendiri, khususnya di Yogyakarta, tradisi untuk menghormati benda-benda pusaka seperti itu adalah dengan diadakannya acara kirab pusaka. Ada banyak ritual yang dilakukan, mulai dari memandikannya dengan air khusus, ritual-ritual lain dan kirab pusaka.
Setelah kemunculan agama ditengah masyarakat dan mempengaruhi cara berkembangnya pikiran manusia, kepercayaan animisme dan dinamisme mulai ditinggalkan. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan yang ditemukan dan diciptakan manusia maka semakin banyak pula yang dapat dilakukan oleh individu itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari perubahan keyakinan yang sebelumnya mempercayai banyak tuhan, kini lebih banyak yang menganut kepercayaan hanya pada satu tuhan.